Oleh : Mustaqiem Eska
(pdlFile.com) Di tengah gegap gempita perayaan Hari Pendidikan Nasional 2025, terlintas sebuah paradoks yang menggelayuti benak. Kita merayakan pendidikan, sebuah proses luhur yang membentang sepanjang hayat, namun sorot mata tak jarang tertuju pada selembar kertas bernama ijazah. Ia hadir sebagai fakta formal, sebuah pengakuan tertulis atas standard pengetahuan seseorang. Dalam hiruk pikuk dunia profesional dan birokrasi, ijazah menjelma menjadi tiket masuk, validasi instan yang membuka pintu kesempatan. Kita mengamini pentingnya ijazah sebagai penanda, sebuah jejak rekam perjalanan akademis yang tak ternilai harganya.
Namun, benarkah selembar kertas itu adalah muara dari segala hikmah dan kompetensi? Ki Hajar Dewantara, sang pelopor pendidikan, jauh lebih mengesankan bahwa setiap individu adalah pembelajar sejati. Proses belajar mengalir laksana sungai, tak pernah berhenti mencari muara pengetahuan. Hakikat peringatan Hari Pendidikan Nasional adalah menggarisbawahi esensi proses itu sendiri, sebuah perjalanan tanpa akhir yang mewajibkan setiap insan untuk terus menggali dan mengembangkan diri.
Dalam ajaran Islam pun, wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk membaca. “Iqra!” seru malaikat Jibril, sebuah titah yang melampaui batas usia dan status sosial. Pendidikan dalam Islam adalah kewajiban universal, sebuah pencarian ilmu yang tak mengenal garis akhir. Ia adalah lentera yang menerangi jalan hidup, membimbing manusia menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang diri, sesama, dan Sang Pencipta.
Maka, di Hari Pendidikan Nasional ini, mari kita renungkan kembali makna sesungguhnya dari “merayakan dengan fakta ijazah.” Bersyukur atas validasi formal yang tertera di atas kertas adalah sebuah keniscayaan. Ia adalah buah dari kerja keras dan dedikasi dalam menempuh pendidikan formal. Namun, jangan sampai kita terlena dan menganggap selembar kertas itu sebagai puncak dari segalanya. Kapasitas ilmu seseorang jauh melampaui apa yang tertulis di sana. Aplikasi nyata dari pengetahuan, kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan karakter mulia adalah tolok ukur yang sesungguhnya.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional adalah momentum untuk merefleksikan betapa esensialnya proses belajar itu sendiri. Sekecil apapun kebaikan yang kita torehkan dalam dunia pendidikan, sekecil apapun kontribusi yang kita berikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, akan menjadi investasi berharga bagi masa depan Indonesia. Mari jadikan setiap hari sebagai hari untuk belajar, berbagi, dan menginspirasi. Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025. Teruslah belajar, teruslah berkarya, karena setiap jejak ilmu adalah cahaya bagi peradaban.***