(Timika – pdlFile.com) Pernyataan Sabrang MDP dalam seminar yang diselenggarakan oleh PT. Freeport Indonesia di Masjid Baiturrahim Kuala Kencana pada tanggal 10 Mei 2025, menggugah kita untuk merenungkan kembali fondasi utama dari pendidikan. Beliau dengan lugas menyampaikan bahwa sesuatu yang terus berkembang tanpa akar akan senantiasa terombang-ambing. Sebuah analogi sederhana namun sarat makna, mengingatkan kita akan pentingnya landasan yang kokoh bagi perkembangan seorang individu. Selama ini, kita mungkin terbiasa mengidentifikasi pendidikan formal sebagai akar itu sendiri. Namun, Sabrang menawarkan perspektif yang lebih mendalam dan nuanced, menyatakan bahwa anggapan tersebut mengandung kebenaran sekaligus kekeliruan.
Inti dari gagasan Sabrang terletak pada pemisahan yang jelas antara pendidikan sebagai transfer ilmu pengetahuan dan pendidikan sebagai pembentukan karakter serta pemahaman diri. Sekolah, dengan kurikulumnya yang terstruktur, berperan penting dalam memperkenalkan anak pada berbagai disiplin ilmu, termasuk sejarah yang membuka jendela wawasan tentang masa lalu. Akan tetapi, fondasi yang lebih mendasar, yaitu pelajaran tentang bagaimana menjadi manusia seutuhnya, justru bersemi di lingkungan rumah. Keluarga menjadi kurikulum pertama dan utama dalam mengajarkan adab, nilai-nilai luhur, empati, dan pemahaman tentang diri sendiri.
Pernyataan Sabrang bahwa “yang membentuk manusia adalah keluarga” adalah sebuah penegasan yang kuat. Di dalam interaksi sehari-hari dengan orang tua, saudara, dan anggota keluarga lainnya, seorang anak belajar tentang kasih sayang, tanggung jawab, menghormati perbedaan, dan cara berinteraksi sosial yang sehat. Mereka menyerap nilai-nilai melalui observasi, imitasi, dan nasihat yang diberikan. Proses ini, yang seringkali terjadi secara informal dan organik, membentuk inti dari kepribadian dan karakter seorang anak.
Lebih lanjut, Sabrang menekankan bahwa “semakin anak tahu diri, maka ia akan semakin siap dalam menghadapi apapun.” Pemahaman diri yang mendalam, yang berakar pada pendidikan karakter di rumah, menjadi bekal yang tak ternilai harganya bagi seorang individu dalam menavigasi kompleksitas kehidupan. Ketika seorang anak memiliki fondasi nilai yang kuat dan pemahaman yang baik tentang siapa dirinya, ia akan lebih resilien dalam menghadapi tantangan, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan lebih mampu membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Ilmu pengetahuan yang diperoleh di sekolah akan menjadi lebih bermakna dan terarah ketika ditopang oleh akar kemanusiaan yang kuat dari rumah.
Dengan demikian, esensi dari gagasan Sabrang MDP adalah sebuah ajakan untuk menempatkan pendidikan pada proporsi yang sebenarnya. Sekolah dan pendidikan formal memiliki peran krusial dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan. Namun, akar yang sesungguhnya, yang menumbuhkan kemanusiaan, adab, dan pemahaman diri, terletak pada pendidikan yang diterima seorang anak di lingkungan keluarganya. Keluarga adalah sekolah pertama dan terpenting, tempat di mana benih-benih karakter unggul ditanam dan dipelihara. Ketika akar ini kuat, maka individu akan tumbuh menjadi pribadi yang utuh, tidak mudah terombang-ambing oleh perubahan zaman, dan siap menghadapi segala dinamika kehidupan dengan bekal ilmu pengetahuan dan kearifan diri. Gagasan ini menjadi pengingat yang berharga bagi kita semua, bahwa pendidikan sejati dimulai dan bersemi di hangatnya pelukan keluarga. (mustaqiem eska)