RIYALAT

 

Oleh : Mustaqiem Eska

 

“Anggapan keliru bahwa maskulinitas harus dibuktikan dengan kepulan asap rokok terbantahkan oleh kekuatan seorang pria yang mampu mengendalikan keinginannya demi kebaikan dirinya dan lingkungannya.”

 

(pdlFile.com) Dalam labirin kehidupan yang serba cepat dan konsumtif ini, konsep “Riyalat” hadir sebagai oase kebijaksanaan. Lebih dari sekadar menahan diri, Riyalat menjelma menjadi sebuah seni mengendalikan keinginan, sebuah disiplin jiwa yang mengantarkan pada kebahagiaan hakiki.

Secara etimologis, kata “Riyalat” dalam khazanah bahasa Arab memiliki akar kata yang kuat pada ide tentang latihan, perjuangan, dan kesungguhan. Ia tidak sekadar bermakna “menahan,” melainkan mengandung implikasi aktif dari upaya keras untuk mengendalikan hawa nafsu dan kecenderungan duniawi. Dalam konteks spiritual dan etika Islam, Riyalat seringkali dikaitkan dengan mujahadah an-nafs, yaitu perjuangan melawan ego dan keinginan-keinginan rendah yang dapat menjauhkan manusia dari tujuan yang lebih luhur.

Definisi bahasa ini membuka cakrawala pemahaman bahwa Riyalat bukanlah sebuah kepasrahan pasif terhadap keterbatasan, melainkan sebuah tindakan proaktif untuk membentuk karakter dan mengarahkan diri menuju kematangan spiritual dan emosional. Ia adalah sebuah latihan yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kesadaran diri yang mendalam.

Contoh-contoh konkret Riyalat dalam kehidupan sehari-hari sangatlah beragam.  Semisal Riyalat tidak merokok, misalnya, bukan sekadar tindakan menjaga kesehatan fisik, tetapi juga sebuah pernyataan kemerdekaan dari belenggu adiksi dan tekanan sosial. Anggapan keliru bahwa maskulinitas harus dibuktikan dengan kepulan asap rokok terbantahkan oleh kekuatan seorang pria yang mampu mengendalikan keinginannya demi kebaikan dirinya dan lingkungannya.

Lebih lanjut, Riyalat untuk tidak membeli kebutuhan sekunder adalah wujud nyata dari sikap zuhud dan prioritas pada esensi. Di tengah gempuran iklan dan budaya konsumerisme, kemampuan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan adalah sebuah kekuatan. Latihan ini bukan hanya berdampak pada stabilitas finansial melalui Riyalat untuk berlatih menabung, tetapi juga pada ketenangan batin karena terlepas dari jeratan materi yang tak berujung.

Riyalat dalam belajar menjelma menjadi disiplin diri yang membimbing seorang pembelajar untuk meraih ilmu yang hakiki dan bermanfaat. Riyalat dalam belajar adalah upaya sadar dan berkelanjutan untuk mengendalikan berbagai keinginan dan kecenderungan yang dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif.

Riyalat dalam belajar itu adalah riyalat melawan kemalasan dan penundaan. Godaan untuk menunda tugas, bermain media sosial, atau melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan seringkali menjadi musuh utama seorang pelajar. Riyalat di sini berarti melatih diri untuk disiplin memulai dan menyelesaikan tugas tepat waktu, meskipun terasa berat. Ini adalah perjuangan melawan hawa nafsu untuk mencari kesenangan sesaat dan memilih fokus pada tujuan jangka panjang, yaitu penguasaan ilmu.

Riyalat untuk mengistiqamahkan rutin melakukan kegiatan-kegiatan baik adalah fondasi dari pertumbuhan spiritual dan sosial. Konsistensi dalam beribadah, berbuat kebaikan, dan mengembangkan diri adalah bentuk Riyalat yang berkelanjutan. Ia mengajarkan tentang pentingnya disiplin dan komitmen dalam meraih tujuan-tujuan mulia. Begitu pula dengan Riyalat untuk mengisi waktu dengan ibadah, yang merupakan upaya sadar untuk mengalihkan diri dari kelalaian dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Memang benar, proses Riyalat seringkali terasa berat dan menantang. Menahan diri dari godaan dunia, melawan kebiasaan buruk, dan memaksa diri untuk melakukan kebaikan bukanlah perkara mudah. Namun, di balik setiap tetes keringat perjuangan Riyalat, tersembunyi kebahagiaan yang jauh lebih mendalam dan abadi. Kebahagiaan ini bukan sekadar euforia sesaat, melainkan ketenangan jiwa yang lahir dari kemenangan atas diri sendiri.

Juga sebagai sebuah metode, Riyalat menjadi jalan untuk mengendalikan segala rintangan dan tantangan yang berpotensi menghalangi tercapainya tujuan hidup yang lebih besar. Ia adalah perisai yang melindungi dari kelemahan diri dan godaan eksternal. Dengan memeluk Riyalat, individu tidak hanya meraih kemajuan pribadi, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih bijaksana, bertanggung jawab, dan berorientasi pada happy ending.

Hemmm, Riyalat bukanlah sebuah konsep yang usang atau terbatas pada konteks keagamaan tertentu. Ia adalah prinsip universal tentang pengendalian diri yang relevan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam dunia yang penuh dengan distraksi dan pemuasan instan, Riyalat hadir sebagai kompas moral yang menuntun manusia untuk kembali pada esensi, meraih kebahagiaan sejati melalui perjuangan yang bermakna.***

Related posts