Akhirnya Kecoak Masuk Penjara

 

Dongeng oleh : Mustaqiem Eska

 

(2)

(pdlFile.com)  Di rimba belantara yang hijau permai, tempat di mana hukum alam bersemi dan keadilan ditegakkan oleh para tetua bijaksana, tersebutlah seekor kecoak bernama Melti. Tubuhnya legam mengkilat, sungutnya senantiasa bergerak lincah, namun nasibnya kali ini sedang berada di ujung tanduk. Ia tertangkap basah, atau lebih tepatnya, aroma sisa hidangan malam keluarga srigala yang menggoda imannya telah menyeretnya ke hadapan pengadilan rimba.

Di tengah alun-alun yang rindang, di bawah naungan pohon beringin saksi segala peristiwa, persidangan agung digelar. Seluruh penghuni rimba hadir, dari si kancil yang cerdik hingga si gajah yang perkasa, semuanya ingin menyaksikan drama keadilan ini. Melti, sang terdakwa, berdiri lesu di hadapan hakim yang gagah perkasa, seekor beruang tua yang terkenal arif dan bijaksana.

“Terdakwa Melti,” suara hakim menggelegar memecah keheningan, “apakah benar engkau telah lancang mengambil sisa santapan keluarga srigala?”

Melti tak dapat mengelak. Di bawah tatapan mata seluruh penghuni rimba, ia mengakui perbuatannya dengan suara lirih. “Ampun, Tuanku Hakim yang mulia. Kala itu, perut hamba keroncongan tak tertahankan. Hamba melihat sisa-sisa makanan itu tergeletak begitu saja, dan dalam benak hamba yang kalut, hamba kira makanan itu telah usang dan tak lagi berharga.”

Tiba-tiba, dari tengah kerumunan, muncul sesosok rusa betina anggun bernama Jenit. Dengan langkah tegap namun penuh kelembutan, ia maju membela Melti. “Wahai Hakim yang terhormat,” serunya dengan suara lantang namun santun, “kiranya hukuman tidak sepantasnya dijatuhkan kepada saudara Melti. Ia bertindak demikian semata-mata karena desakan lapar yang tak tertahankan. Bukankah lebih arif jika keluarga srigala, dengan timbunan hasil buruan yang melimpah ruah, sudi berbagi dengan sesama penghuni rimba yang sedang kesulitan?”

Namun, keluarga srigala, dengan sorot mata serakah dan taring yang mengilat, tak sedikit pun terusik hatinya. “Justru kecoak durhaka inilah yang harus dihukum seberat-beratnya!” geram kepala keluarga srigala di hadapan hakim. “Ia telah berani melanggar batas dan mengusik hak milik kami!”

Sang hakim, setelah menimbang segala fakta dan argumentasi, akhirnya menjatuhkan vonis yang cukup berat. “Terdakwa Melti dinyatakan bersalah dan dihukum kurungan selama lima musim di penjara rimba!”

Melti hanya bisa pasrah menerima keputusan tersebut. Ia digiring menuju sebuah gua pengap yang dijadikan penjara rimba. Kesedihan mendalam menyelimutinya, membayangkan perpisahan dengan keluarganya tercinta.

Namun, takdir memang penuh kejutan. Di dalam penjara yang suram, Melti justru menemukan sebuah “surga” yang tak terduga. Para narapidana lain, yang sebagian besar adalah hewan-hewan kecil yang kurang menjaga kebersihan, seringkali meninggalkan sisa-sisa makanan di sudut-sudut sel. Bagi Melti yang dulunya kelaparan, penjara kini menjadi lumbung makanan yang tak pernah kering. Ia tak lagi merasakan perihnya perut kosong.

Akan tetapi, kebahagiaan semu itu tak mampu mengobati kerinduan hatinya pada keluarga. Ia merenungi nasibnya, sebuah ironi kehidupan di mana perut kenyang harus dibayar dengan kehilangan orang-orang terkasih. Namun, Melti adalah makhluk yang tabah. Ia berusaha menerima takdirnya dengan lapang dada, menyadari bahwa segala ketentuan Tuhan pasti mengandung hikmah tersembunyi. Dalam kesendirian di balik jeruji besi, ia belajar bersabar dan mengikhlaskan segala yang telah terjadi, sambil berharap suatu hari nanti ia dapat kembali menghirup udara bebas dan bertemu kembali dengan keluarganya. Begitulah kisah sang kecoak yang masuk penjara, sebuah cerita jenaka yang menyimpan hikmah tentang kerasnya kehidupan dan misteri takdir yang tak terduga.***

Related posts