Memupuk Mentalitas

 

Oleh : Mustaqiem Eska

 

 

(pdlFile.com)  Mentalitas, sebuah konstruksi kompleks yang meliputi pola pikir, sikap, dan respons seseorang terhadap kehidupan, adalah fondasi krusial bagi keberhasilan dan kebahagiaan. Memupuk mentalitas yang kuat seyogianya dimulai sejak usia kanak-kanak, sebuah periode formatif di mana karakter dan resiliensi dibentuk. Sejarah hidup Rasulullah Muhammad SAW memberikan teladan paripurna tentang bagaimana mentalitas yang ditempa oleh berbagai ujian sejak dini dapat melahirkan pribadi agung dengan ketahanan luar biasa.

Sejak kelahirannya, Rasulullah dihadapkan pada serangkaian cobaan yang tak terhindarkan. Ayah beliau wafat bahkan sebelum beliau melihat dunia, dan sang ibu menyusul tak lama kemudian. Kehilangan orang tua di usia yang sangat belia memaksa beliau untuk disusukan kepada Halimatus Sa’diyah dan kemudian diasuh oleh kakek serta pamannya. Lingkungan masa kecil yang penuh keterbatasan dan tantangan ini, alih-alih meruntuhkan, justru menjadi kawah candradimuka yang menempa jiwanya. Beliau belajar kemandirian sejak dini, turut menggembala kambing, dan kemudian berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. Pengalaman-pengalaman ini, yang mungkin terlihat sebagai kesusahan bagi sebagian orang, adalah proses pembentukan mentalitas yang tak ternilai harganya. Beliau tidak dimanjakan oleh kemudahan, melainkan dibiasakan dengan kerja keras dan tanggung jawab.

Proses hidup yang menguatkan mentalitas adalah ketika kesusahan dan kesedihan tidak dilihat sebagai beban, melainkan sebagai pondasi kokoh. Bagi mereka yang mampu menerima takdir dengan rasa syukur dan keikhlasan sepenuh hati, setiap ujian adalah kesempatan untuk tumbuh. Rasulullah, dengan segala kesedihan dan kesulitan yang dialami, tidak pernah larut dalam keputusasaan. Sebaliknya, beliau menjadikan setiap tantangan sebagai pijakan untuk melangkah lebih jauh, menguatkan keyakinan, dan memperdalam pemahaman tentang hidup. Mentalitas inilah yang memungkinkan beliau menghadapi penolakan, penganiayaan, bahkan upaya pembunuhan dengan ketenangan dan keteguhan yang luar biasa dalam menyebarkan ajaran Islam.

Memupuk mentalitas sejak dini berarti mengajarkan anak-anak untuk menghadapi tantangan, bukan menghindarinya. Ini melibatkan penanaman nilai-nilai seperti rasa syukur, keikhlasan, tanggung jawab, dan resiliensi. Anak-anak perlu memahami bahwa hidup tidak selalu mulus, dan bahwa kesulitan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan. Dengan membiasakan mereka untuk berproses, beradaptasi, dan menemukan hikmah di balik setiap kejadian, kita membangun fondasi mental yang kokoh bagi masa depan mereka. Seperti Rasulullah yang ditempa sejak lahir, generasi mendatang akan lebih siap menghadapi badai kehidupan jika mentalitas mereka telah dibangun di atas dasar yang kuat, mampu mengubah kesusahan menjadi kekuatan, dan kesedihan menjadi kebijaksanaan.***

Related posts